Kamis, 30 Agustus 2012

Al-Qur'an dan Ilmu Modern


            Dari awal diturunkannya manusia ke bumi hingga abad 21 ini begitu banyaknya firman-firman Allah yang Ia turunkan kepada umat manusia melalui manusia-manusia pilihan-Nya (Anbiya’). Mulai dari firman-Nya yang Ia turunkan kepada nabi Dawud as yang terhimpun dalam kitab Zabur, kitab Taurat yang merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi Musa as, Injil yang diturunkan kepada nabi Isa as, dan Al-Qur’an yang Ia jadikan mu’jizat terbesar bagi rahmat sekalian alam, Muhammad SAW. Empat kitab inilah yang menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk mempercayai bahwa kesemuanya ini adalah benar-benar firman Allah yang diturunkan kepada para nabi-Nya hingga hal ini mencapai level unsur keimanan manusia yang tak pernah bisa dipisahkan dari kesatuan iman dalam agama Islam.
Hanya saja yang ‘selamat’ dari campur tangan defiasi manusia-manusia tak bertanggung jawab hingga sampai ke masa kita hanyalah Al-Qur’an. Hal ini sudah Allah terangkan dalam kitab suci tersebut dalam bentuk firman-Nya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Ad-Dzikr (Al-Qur’an), dan Kami menjaga (Al-Qur’an) itu”.
Begitulah Allah memberikan jaminan penuh akan otentisitas Al-Qur’an, sehingga usaha apapun yang mengemban misi mengadakan defiasi terhadap Al-Qur’an pasti terlempar dan tak akan bertahan lama.
Maka, dengan adanya realitas dan ‘garansi’ tersebut yang menjadi tugas umat manusia dan bahkan sekalian makhluk bukanlah kritik kebenaran Al-Qur’an itu sendiri, namun studi terhadap substansi yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dari hal inilah para ulama muslimin mengklaim bahwa siapapun yang tidak mempercayai bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah, ataupun mengingkari akan kebenarannya maka orang itu menyandang status kufur. Wal ‘iyadzu billah.
Hal ini adalah salah satu sisi kemu’jizatan Al-Qur’an dari berbagai bentuk kemu’jizatan yang terkandung dalam kitab ini. Di sisi lain, segala jenis kitab yang dikatakan sebagai firman Allah haruslah melewati tantangan-tantangan dan ujian-ujian waktu untuk membuktikan kebenaran kitab tersebut. Hal ini sudah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dari awal penurunannya dan akan berlanjut hingga akhir masa.
Di era penurunan Al-Qur’an (14 abad yang lalu) Al-Qur’an sudah menunjukkan bahwa kitab itu adalah firman Allah dengan ‘membungkam’ segala sisi kesusastraan yang berjaya di kalangan Arab masa itu. Al-Qur’an muncul sebagai kitab yang memiliki nilai sastra tertinggi yang pernah ada di atas muka bumi dan menyimpan nilai-nilai sastra yang tak bisa bangsa Arab tandingi, bahkan Al-Qur’an ‘menantang’ manusia dan jin untuk membuat tandingan bagi Al-Qur’an itu sendiri. Hingga muncullah sosok Musailamah yang mencoba menyetarai level sastra Al-Qur’an namun pada akhirnya dia mendapatkan hardikan dan makian dari bangsa Arab.
Di era modern seperti abad dua puluh satu ini Al-Qur’an pun menunjukkan kepada sekalian umat manusia bahwa Al-Qur’an itu benar-benar firman Allah dengan ditemukannya fenomena-fenomena alam searah dengan ayat-ayat al-Qur’an yang tak dapat dipungkiri hingga oleh bangsa Eropa.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa kebenaran Al-Qur’an yang akhir-akhir ini terungkap oleh bangsa barat mencakup semua aspek ilmu modern. Di bidang biologi, Allah dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an menyatakan tentang unsur pembentuk manusia dan sebagainya. Di ranah geologi Al-Qur’an menguak ‘peran’ gunung terhadap kestabilan bumi dan juga membuka tirai yang menghalangi manusia dengan kenyataan bahwa bumi memiliki bentuk geosperikal. Di bidang medispun Al-Qur’an mengemukakan dalam beberapa ayat tentang proses pertumbuhan manusia dalam kandungan. Dalam bidang kimia Al-Qur’an berulangkali mengulang penjelasan tentang adanya dzat yang lebih kecil dan lebih besar dari atom. Bahkan penemuan lampu yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah manusia sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Presentasi yang dikemukakan al-Qur’an mengenai ilmu astronomi jauh lebih mengagetkan ilmuan-ilmuan Eropa. Teori perkembangan alam yang saat ini dianggap benar oleh para ilmuwan tersebut, yaitu teori Big Bang (Ledakan Besar) sebenarnya telah diungkapkan oleh Al-Qur’an lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu melalui seorang nabi akhir zaman. Dr. Stephen Hawkins mengemukakan bahwa apa yang diungkapkan dalam Al-Qur’an adalah awal dari berkembangnya teori Big Bang dan berbagai macam fenomena astronomis yang tak dapat diragukan lagi kebenarannya. Lebih dari itu, Al-Qur’an telah mengabarkan umat manusia tentang unsur pembentuk matahari, tentang perluasan semesta, peredaran bulan, bumi dan sekaligus matahari, rotasi dan revolusi, dan banyak hal lain yang telah Al-Qur’an tunjukkan mengenai kebenaran firman Allah tersebut.
Hal-hal diatas hanya sebagian kecil dari ribuan ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengetahuan-pengetahuan modern. Di samping banyak lagi hal lainnya yang telah Al-Qur’an ungkap. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sekitar empat belas abad yang lalu, ketika manusia masih belum mencapai tingkat pengetahuan seperti saat ini. Tapi ternyata Al-Qur’an ini bahkan menjadi ukuran akan kebenaran pengetahuan modern.
Perlu diingat, bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab yang khusus untuk ilmu astronomi. Al-Qur’an juga bukan kitab yang diturunkan secara khusus untuk menjelaskan tentang sains maupun medis. Tapi Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Meski demikian, apapun yang tertera dalam Al-Qur’an tak akan pernah bertentangan dengan pengetahuan manusia karena Al-Qur’an adalah firman pencipta manusia.
Begitulah Al-Qur’an membuka banyak gerbang untuk manusia menuju pengetahuan-pengetahuan modern yang benar, sehingga teori atau hipotesa apapun yang berhubungan dengan pengetahuan modern perlu ‘diukur’ dengan barometer mutlak, Al-Qur’an. Jika teori atau hipotesa itu sejalan dengan Al-Qur’an, berarti teori atau hipotesa itu benar. Jika tidak, maka bersiaplah menghadapi penemuan fenomena yang akan menentang teori atau hipotesa tersebut.
Shodaqollah al-‘Adzim…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar