Dari awal diturunkannya manusia ke
bumi hingga abad 21 ini begitu banyaknya firman-firman Allah yang Ia turunkan
kepada umat manusia melalui manusia-manusia pilihan-Nya (Anbiya’). Mulai dari
firman-Nya yang Ia turunkan kepada nabi Dawud as yang terhimpun dalam kitab
Zabur, kitab Taurat yang merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi
Musa as, Injil yang diturunkan kepada nabi Isa as, dan Al-Qur’an yang Ia jadikan
mu’jizat terbesar bagi rahmat sekalian alam, Muhammad SAW. Empat kitab inilah
yang menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk mempercayai bahwa kesemuanya ini
adalah benar-benar firman Allah yang diturunkan kepada para nabi-Nya hingga hal
ini mencapai level unsur keimanan manusia yang tak pernah bisa dipisahkan dari
kesatuan iman dalam agama Islam.
Hanya saja yang ‘selamat’ dari campur
tangan defiasi manusia-manusia tak bertanggung jawab hingga sampai ke masa kita
hanyalah Al-Qur’an. Hal ini sudah Allah terangkan dalam kitab suci tersebut
dalam bentuk firman-Nya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Ad-Dzikr (Al-Qur’an),
dan Kami menjaga (Al-Qur’an) itu”.
Begitulah Allah memberikan jaminan penuh
akan otentisitas Al-Qur’an, sehingga usaha apapun yang mengemban misi
mengadakan defiasi terhadap Al-Qur’an pasti terlempar dan tak akan bertahan
lama.
Maka, dengan adanya realitas dan
‘garansi’ tersebut yang menjadi tugas umat manusia dan bahkan sekalian makhluk
bukanlah kritik kebenaran Al-Qur’an itu sendiri, namun studi terhadap substansi
yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dari hal inilah para ulama muslimin mengklaim
bahwa siapapun yang tidak mempercayai bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah,
ataupun mengingkari akan kebenarannya maka orang itu menyandang status kufur. Wal ‘iyadzu billah.
Hal ini adalah salah satu sisi
kemu’jizatan Al-Qur’an dari berbagai bentuk kemu’jizatan yang terkandung dalam
kitab ini. Di sisi lain, segala jenis kitab yang dikatakan sebagai firman Allah
haruslah melewati tantangan-tantangan dan ujian-ujian waktu untuk membuktikan
kebenaran kitab tersebut. Hal ini sudah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dari awal
penurunannya dan akan berlanjut hingga akhir masa.
Di era penurunan Al-Qur’an (14 abad
yang lalu) Al-Qur’an sudah menunjukkan bahwa kitab itu adalah firman Allah
dengan ‘membungkam’ segala sisi kesusastraan yang berjaya di kalangan Arab masa
itu. Al-Qur’an muncul sebagai kitab yang memiliki nilai sastra tertinggi yang
pernah ada di atas muka bumi dan menyimpan nilai-nilai sastra yang tak bisa
bangsa Arab tandingi, bahkan Al-Qur’an ‘menantang’ manusia dan jin untuk membuat
tandingan bagi Al-Qur’an itu sendiri. Hingga muncullah sosok Musailamah yang
mencoba menyetarai level sastra Al-Qur’an namun pada akhirnya dia mendapatkan
hardikan dan makian dari bangsa Arab.
Di era modern seperti abad dua puluh
satu ini Al-Qur’an pun menunjukkan kepada sekalian umat manusia bahwa Al-Qur’an
itu benar-benar firman Allah dengan ditemukannya fenomena-fenomena alam searah
dengan ayat-ayat al-Qur’an yang tak dapat dipungkiri hingga oleh bangsa Eropa.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa
kebenaran Al-Qur’an yang akhir-akhir ini terungkap oleh bangsa barat mencakup
semua aspek ilmu modern. Di bidang biologi, Allah dalam beberapa ayat dalam
Al-Qur’an menyatakan tentang unsur pembentuk manusia dan sebagainya. Di ranah
geologi Al-Qur’an menguak ‘peran’ gunung terhadap kestabilan bumi dan juga
membuka tirai yang menghalangi manusia dengan kenyataan bahwa bumi memiliki
bentuk geosperikal. Di bidang medispun Al-Qur’an mengemukakan dalam beberapa
ayat tentang proses pertumbuhan manusia dalam kandungan. Dalam bidang kimia
Al-Qur’an berulangkali mengulang penjelasan tentang adanya dzat yang lebih
kecil dan lebih besar dari atom. Bahkan penemuan lampu yang memiliki pengaruh
besar dalam sejarah manusia sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Presentasi yang dikemukakan al-Qur’an mengenai
ilmu astronomi jauh lebih mengagetkan ilmuan-ilmuan Eropa. Teori perkembangan
alam yang saat ini dianggap benar oleh para ilmuwan tersebut, yaitu teori Big
Bang (Ledakan Besar) sebenarnya telah diungkapkan oleh Al-Qur’an lebih dari
seribu empat ratus tahun yang lalu melalui seorang nabi akhir zaman. Dr.
Stephen Hawkins mengemukakan bahwa apa yang diungkapkan dalam Al-Qur’an adalah
awal dari berkembangnya teori Big Bang dan berbagai macam fenomena astronomis
yang tak dapat diragukan lagi kebenarannya. Lebih dari itu, Al-Qur’an telah
mengabarkan umat manusia tentang unsur pembentuk matahari, tentang perluasan
semesta, peredaran bulan, bumi dan sekaligus matahari, rotasi dan revolusi, dan
banyak hal lain yang telah Al-Qur’an tunjukkan mengenai kebenaran firman Allah
tersebut.
Hal-hal diatas hanya sebagian kecil
dari ribuan ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengetahuan-pengetahuan
modern. Di samping banyak lagi hal lainnya yang telah Al-Qur’an ungkap. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
sekitar empat belas abad yang lalu, ketika manusia masih belum mencapai tingkat
pengetahuan seperti saat ini. Tapi ternyata Al-Qur’an ini bahkan menjadi ukuran
akan kebenaran pengetahuan modern.
Perlu diingat, bahwa Al-Qur’an
bukanlah kitab yang khusus untuk ilmu astronomi. Al-Qur’an juga bukan kitab
yang diturunkan secara khusus untuk menjelaskan tentang sains maupun medis.
Tapi Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi
seluruh alam. Meski demikian, apapun yang tertera dalam Al-Qur’an tak akan
pernah bertentangan dengan pengetahuan manusia karena Al-Qur’an adalah firman
pencipta manusia.
Begitulah Al-Qur’an membuka banyak gerbang
untuk manusia menuju pengetahuan-pengetahuan modern yang benar, sehingga teori
atau hipotesa apapun yang berhubungan dengan pengetahuan modern perlu ‘diukur’
dengan barometer mutlak, Al-Qur’an. Jika teori atau hipotesa itu sejalan dengan
Al-Qur’an, berarti teori atau hipotesa itu benar. Jika tidak, maka bersiaplah
menghadapi penemuan fenomena yang akan menentang teori atau hipotesa tersebut.
Shodaqollah
al-‘Adzim…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar