Rabu, 29 Agustus 2012

Muhammad SAW dan Sejarah


Sejarah yang terbentang dari awal kehidupan manusia hingga akhir perjalanannya bukanlah masa-masa singkat yang hanya menghimpun sedikit peristiwa-peristiwa. Hakikatnya, ia adalah kurun waktu yang sangat panjang penuh dengan kejadian-kejadian yang membentuk dan melukiskan kehidupan manusia itu sendiri. Mulai dari perkembangan, persebaran, kebudayaan, peradaban dan segala bentuk komponen-komponen penyusun sejarah kemanusiaan.
Begitu juga bangsa arab dengan berbagai macam main ethnicnya. Waktu jangka panjang yang mereka lewati mulai awal keberadaan hingga masa baru, keruntuhan era jahiliyah begitu banyaknya menyimpan catatan-catatan penting sejarah yang sarat dokumentasi historis bangsa arab sendiri.
Namun, kendati demikian peristiwa-peristiwa yang bangsa arab alami selama itu – mulai dari awal keberadaan hingga masa runtuhnya jahiliyah – tak banyak dikenal dan hanya terkemas dalam bentuk sejarah turun temurun yang tak mudah ditelusuri. Tentunya dengan pengecualian beberapa ayat suci al-Qur'an yang menggambarkan beberapa potongan sejarah yang dialami sebagian bangsa Arab kuno seperti kaum 'Ad, Tsamud dan sebagainya.
Fakta seperti ini berlanjut dalam waktu yang sangat panjang
hingga pada akhirnya berubah total dan berputar haluan 180 derajat dimulai dari hari Senin 12 Rabi'ul Awal 53 tahun sebelum hijrah, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sekaligus hari runtuhnya era dan kebudayaan jahiliyah. Hari itu adalah pemisah antara dua kultur besar yang dimiliki bangsa arab sepanjang sejarah. Hari itu juga adalah gerbang bagi ketenaran bangsa arab dengan sejarahnya yang gemilang. Hari itu juga tak ubahnya adalah pagar pemisah antara dua sistem hidup dengan kadar kontras yang sangat tinggi hingga mencapai batas bertolak belakang.
Siapa saja yang menilik sejarah arab di masa jahiliyah akan mendapatkan pelbagai macam degradasi di segala unsur yang menyusun kehidupan di kalangan mereka. Hukum rimba adalah pedoman hidup utama yang sebenarnya hanya menjadi hidangan bagi kaum-kaum berkasta tinggi. Memiliki keturunan berkelamin perempuan menjadi suatu cela cukup besar yang demi menjaga kehormatan, mereka kadang terpaksa mengubur hidup-hidup putri mereka. Khomr bagi mereka hampir mengganti kedudukan air mineral yang menyehatkan. Judi hampir menyaingi posisi jual beli di tengah-tengah masyarakat. Di bidang keyakinan, bangsa arab di masa jahiliyah juga tak kalah bobroknya dibandingkan dengan bangsa Romawi atau Yunani. Upacara penyembahan berhala-berhala tidak pernah sepi dari pengunjung.
Ketika kita mengalihkan perhatian kita ke arah kondisi bangsa arab setelah tercapainya 'revolusi', maka kita akan mendapatkan titik kontras yang sangat tinggi sebagaimana disebutkan di atas. Dalam jangka waktu yang sangat singkat atau lebih khususnya 23 tahun (masa-masa risalah Rasulullah SAW) Nabi Muhammad SAW berhasil mengadakan perombakan sistem hidup bangsa arab dan bahkan sistem hidup manusia secara umum. 'Renofasi' ini beliau terapkan di segala bidang, mulai dari keyakinan, keluarga, masyarakat, pendidikan, sistem pemerintahan bahkan hubungan bilateral sekalipun. Semua bad reality yang kita temukan di masa jahiliyah berubah total menjadi susunan peraturan hidup yang rapi dan teratur. Tak ada lagi intimidasi keyakinan. Degradasi moral yang sebelumnya menjadi nama sandang bangsa arab telah terhapuskan. Sistem pemerintahan yang awalnya tak teratur kini tertata rapi. Semua itu bertumpu pada sebuah pondasi utama, wahyu yang menuntun Rasulullah Saw sekaligus sekalian alam menuju jalan kebenaran, Islam. Begitulah Rasulullah – selama masa risalah beliau – mengimpletasikan firman Allah yang mengisyaratkan bahwa beliau diutus sebagai rahmatan lil'alamin.
Begitu juga dalam masalah kodifikasi sejarah bangsa arab. Kalau kita teliti, maka kita akan berhadapan dengan sebuah kenyataan menakjubkan bahwa sejarah bangsa arab, baik itu setelah masa risalah, ataupun juga sebelum masa risalah semuanya berawal dari kodifikasi sejarah hidup Nabi Muhammad SAW yang sering kita kenal dengan sebutan 'siroh'. Kemunculan berbagai macam bentuk penulisan dan penyusunan sejarah bangsa arab diawali dari penulisan siroh ini. Maka, tidaklah salah kalau misalnya kita mengatakan: "Tak akan ada penyusunan sejarah arab kalau saja tak ada penyusunan siroh Nabi Muhammad SAW" karena kenyataannya memang demikian.
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar